Minggu, 11 Desember 2011

meteorologi hasil pengerjaan air tanah/bentuk khas daerah karst dan siklus morfologi daerah karst


Makalah geomorfologi umum
Morfologi hasil pengerjaan air tanah  bentuk khas daerah karst
Dan
Siklus morfologi daerah karst






Guru Pembimbing :
Di
S
U
S
U
N
Oleh
Kelompok 6
Nama kelompok :
Nama  :                                                  Nim:
                                    Susi Mei Verianti                                            2011 133 309
                                    Irfan Setiawan                                                2011 133 289
                                    Elvi Revilina                                                   2011 133
          
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
JL.A Yani Lr. Gotong Royong 9/10  Ulu Palembang
Telp. (0711) 51043 Fax.(0711) 514782
                                                                        Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan  kehadirat  Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah makalah ini alhamdulillah tepat pada waktunya yg berjudul “meteorologi hasil pengerjaan air tanah/bentuk khas daerah karst dan siklus morfologi daerah karst”
Makalah ini berisikan tentang informasi  mengenai meteorologi hasil pengerjaan air tanah/bentuk khas daerah karst dan siklus morfologi daerah karst”. Harapan kami  makalah ini dapat memberikan informasi serta membantu  menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga kita semua bisa memahami lebih lanjut  tentang hal tersebut.
Kami menyadari makalah ini masih  jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran  dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapakan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan  terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta  dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senan tiasa meridhai  segalah usaha kita.amin

                                                                                          Palembang, 29 september 2011

                                                                                                        Penyusun








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................i
DAFTAR ISI  .........................................................................................ii
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah...................................................................2
1.3 Perumusan Masalah ....................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan .........................................................................2
BAB. II
PEMBAHASAN
      2.1 Pengertian daerah karst.................................................................3
      2.2 Morfologi hasil pengerjaan air tanah/bentukan daerah karst.............3
      2.3 Siklus morfologi daerah karst..........................................................8

BAB. III
PENUTUP
        3.1 Kesimpulan..................................................................................9
      





BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
            Perkembangan Ilmu pengetahuan terapan yang sangat pesat membuktikan adanya tanatangan yang nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini. Semenetara itu banyaknya tulisan baik berupa artikel, jurnal hingga disertasi mengenai berbagai disiplin ilmu turut menambah khasanah IPTEK global (Internasional).
Pada disiplin ilmu tanah, terdapat ilmu terapan yang memiliki sifat terhadap penganalisaan bentuk bumi serta bentang lahan termasuk proses dan sejarahnya.         
Banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan landform. Selain itu terdapat pula tipe-tipe landform dominan di Indonesia bahkan secara global. 
Sesuai dengan petunjuk serta arahan yang diberikan kepada kelompok kami, karst merupakan salah satu tipe landform yang ada di bumi sekaligus merupakan dasar pembahasan kelompok kami.         
Bentang lahan karst menarik perhatian beberapa disiplin ilmu seperti geologi, biologi, tanah, arkeologi maupun pelaku pariwisata. Diperkirakan kawasan karst meliputi 7 –10 % dari total lahan dunia. Indonesia memiliki kawasan karst yang jumlahnya mencapai lebih dari 15,4 juta hektar, menurut Adji, (1999) di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, luas kawasan karst mencapai hampir 20 % dari total luas wilayah.
Nama Karst berasal dari kata Kras (bahasa Jerman) yang berarti batu karang. Istilah karst pertamakali diperkenalkan oleh J. Cvijic (1893) yaitu untuk mendeskripsikan plato daerah di laut Adriatic Yugoslavia.
            Sebagian besar area karst daerah permukaannya tertutup oleh limestone, walaupun dibeberapa tempat tertutup oleh dolomit dan limestone dolomit. Selain itu kenampakan hasil pelarutan juga dapat berkembang pada bahan lain seperti gypsum dan batu garam, tetapi pada umumnya area tersebut tidak begitu penting karena areanya terbatas.   
Komponen pengontrol perkembangan topografi karst dan pembentukan tanah pada batu gamping sangat ditentukan oleh curah hujan, suhu, relief, tekanan CO2, stratigrafi batuan, ketebalan batuan yang terlarut dan vegetasi. Curah hujan yang tinggi disertai suhu dan tekanan CO2 yang tinggi dapat mempercepat proses pelarutan batu gamping (karstifikasi). Vegetasi berperan dalam proses pelapukan terutama oleh karena asam-asam organik hasil dekomposisi bagian tanaman serta hasil ekskresi akar tanaman terutama laktat, sitrat dan oksalat mampu mempercepat pelapukan batuan (Robert dan Berthelin, 1986).
            Wirjodihardjo (1953) menyelidiki sifat dasar pembentukan tanah pada bentang lahan karst yang hasilnya bahwa sisa pelapukan seperti besi, aluminium, silisium dari sumber-sumber kapur atau dolomite tertinggal berupa endapan-endapan oksida secara bersama-sama membentuk terra rosa. Besarnya pelindian pada tanah-tanah yang berkembang dari batu gamping bervariasi tergantung iklim dan drainase. Pada daerah yang temperature dan curah hujan rendah, silika dan lempung dari sisa pelapukan batu gamping lebih terawetkan dan mineralmineral besi terhidrat membentuk tanah-tanah warna coklat yang umumnya banyak mengandung kwarsa dan lempung. Proses tersebut di atas didukung oleh pH tanah yang cenderung alkalis, karena kompleks pertukaran didominasi oleh Ca2+ sebagai hasil pelarutan batu gamping (White, 1988). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi tentang tanah-tanah yang berkembang pada bentang lahan karst. Pengetahuan mengenai sifat dan watak tanah disertai penyebaran masingmasing jenis tanah sangat berguna untuk petunjuk penggunaan tanah.

1.2      Rumusan Masalah
1.1.2 Apa itu Karst?
1.2.2 Apa saja ciri-ciri atau  bentukan-bentukan hasil pengerjaan  Air Tanah dan Karst?
1.3.2 Bagaimana Siklus Morfologi Daerah Karts?
1.3   Batasan Masalah
1.1.3 Pengertian Karst
1.2.3 Morfologi Hasil Pengerjaan Air Tanah/Bentukan Daerah Karst
1.3.3 Siklus Morfologi Daerah karst.
1.4   Tujuan Penulisan
       1.1.4 Untuk mengetahui definisi karst
1.2.4 Untuk Apa saja ciri-ciri atau  bentukan-bentukan hasil pengerjaan  Air Tanah dan  Karst
1.3.4 Agar bisa mengetahui bagaimana Siklus Morfologi Daerah Karts.

1.5       Manfaat Penulisan
            -Untuk Mahasiswa
            Untuk menbah bahan bacaan.
           
            -Untuk Masyarakat
            Agar masyarakat dapat mengetahui dan menambah wawasan seberapa pentingnya pengenalan terhadap daerah karst. Dalam pengembangannya karst tersebut sangat berpengaruh terhadap perbedaan sifat karakteristik, genesis, dan klasifikasi yang ada.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Karst

            Karst adalah suatu peristiwa berhubungan geologi yang yang pertama diuraikan Slovenia. Area ini Carso, Kras atau Karst, yang berarti tempat berbatu-batu. Sejak itu semua area dengan suatu berhubungan geologi serupa disebut daerah Karst. Dalam pengertian ilmu bumi, karst adalah suatu wilayah kering,yang tidak subur/gersang dan berbatu-batu. Kita dapat menentukan bidang gua-gua dalam istilah yang sesuai dengan bentuk lahan dan dihubungkan dengan proses bentuk bumi. Daerah karst umumnya dicirikan dengan adanya closed depression, drainase permukaan dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batugamping yang lazim dan relatif mendekati. Tetapi pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kwarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Semua tersebut diatas adalah benar-benar karst. Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses yang lain - cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu). (David Gillieson, 1996). Sifat serta jenis erosional sampai kandungan yang membentuk karst

  1. Komposisi kimia dan Struktur yang mekanis batu karang [itu]. Batu karang umum untuk karst seluruh penjuru dunia area adalahLimestone (calcium carbonate CaCO3)
  2.  Dolomit ( Karbonat Zat kapur Magnesium Camg2Co6)· Gips ( CaSO4+ H2O)· Temperatur Dan Iklim yang lokal mencakup.· Jumlah curah hujan.· Jumlah tumbuh-tumbuhan-· Karst Yang diarahkan, tidak tertutupi, telanjang atau terbuka dari vegetasi·

2.2 Morfologi Hasil Pengerjaan Air Tanah/Bentukan Khas Daerah     Karst
Di   bawah   ini   dikemukakan   ciri-ciri   atau   bentukan-bentukan pengerjan air tanah dan karst. Perlu diketahui bahwa tidak semua bentukan itu terdapat (suatu daerah karst, melainkan hanya terdapat pada daerah tertentu-tertentu saja, walaupun batuan yang ada terdiri dari batu gamping ataupun dolomit.  Hal ini disebabkan oleh karena syarat pembentukannya dikemukakan nada bagian terdahulu tidak terpenuhi.
Daerah karst mempunyai ciri-ciri yang unik berbeda dengan daerah–daerah yang lain. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Terdapainya Terra Rosa, merupaka jenis tanah yang berwarna merah merupakan sisa-sisa hasil pelarutan yang tidak terangkut ke dalam celah-celah batuan, sehingga terra rosa tidak terdapat pada daerah karst dengan kemiringan yang curam.
2.      Terdapatnya   Lapies (Perancis), Karren, Client (Inggris) bentukan permukaan dengan relief yang jelas, beriembah dan berbunga kecil, runcing dan terjal. Bentukan semacam ini ierdapat di daerah kasts tidak tertutup terrarosa.
3.      Sinkholes dan bentukan-bentukan lain yang sejenis, merupakan depresi di daerah karst dengan kedalaman yang bervariasi, dari 1 hingga 30 meter dan luasnya juga bervariasi dari beberapa meter sampai beberapa ratus meter, Berdasarkan ciri yang telah disebutkan di atas, maka bentuk lahan yang terjadi di daerah karst dapat dikelompokan ke dalam dua bagian, yaitu:

A.     Bentuklahan negatif                                                 
Bentuklahan negatif dan bentuklahan positif. Bentuklahan negatif yang dimaksud adalah bentuklahan yang berada di bawah rata-rata permukaan setempat, sebagai akibat dari proses pelarutan. Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockprt, blind valley, sinkholes, dan sebagainya. Terbentuknya goa-goa bawan tanah dengan sungai bawah tanah, dan bentukan-bentukan yang ada di dalam goa tersebut.

Doline merupaka suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara lain sink, sinkholes, cockprt, blue hole, swallow hole atau cenote. Doline itu oleh Monroe dalam Suprapto (1997: 93) disebutkan bawa merupakan suatu ledokan atau lobang yang berbentuk corong pada daerah batu gamping dengan diameter mulai 1 meter hingga beberapa ratus meter.
Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yartu: a) doline runtuhan, b) doline solusi, dan c) doline aluvial. Guna memperjelas dalam membedakan bagaimana terjadinya doline seperti yang dijelaskan di atas, berikut ini disajikan secara visual pada Gambar 3-14 (a dan b) berikut:

Doline reruntuhan
Doline reruntuhan ini terjadi sebagai akibat dari proses pelarutan yang ada di bawah permukaan yang menghasilkan rongga bawah tanah, Rongga bawah tanah tersebut atapnya runtuh, hingga menghasilkan cekungan atau depresi di permukaan. Doline seperti ini mempunyai lereng yang cukup curam-curam terdiri dari lapisan batuan yang keras dan menurun secara tiba-tiba.

Doline solusi
Doline solusi terjadi karena telah berlangsungnya proses solusi/pelarutan tanpa mendapat gangguan lain terhadap batuan. Doline seperti ini terus secara perlahan-lahan akibat larutnya batuan gamping ke dalam tanah oleh yang meresap melalui joint atau rekahan-rekahan pada daerah batugamping.

Doline aluvial
Doline aluvial ini terjadi sebagai akibat karena pelarutan oleh air yang mengalir yang kemudian menghilang ke dalam tanah. Adanya proses tersebut terbentuk doline alluvial.
Uvala merupakan ledokan luas terbentuk oleh gabungan dari beberapa doline. Uvala mempunyai dasar tidak teratur yang mencerminkan ketinggian karakter lereng doling sebelum mengalami degradasi. Uvala terkadang dasamya terlihat/muncul sungai bawah tanah, sebagai akibat dari sebagian atap sungai bawah tanah tersebut, sehingga juga merupakan collepse holes yang disebut jendela Karst (karst window). Karena uvaia ini dapal terjadi sebagai akibat runtuhnya atap gua/sungai bawah tanah, maka doline-doline tergabungan menjadi satu.
Polve merupakan bentukan di daerah karst denga bentuk yang memanjang dengan dasar yang rata dan dikelilingi oleh dinding yang curam. Polye ini terjadi sebagai Akibat dari sistem gua dalam tanah runtuh. Karena terjadi kerena sistem guan/sungai yang runtuh, maka polye ini tersusun dari beberapa uvala.
Lembah buta (blfnd vatlev) merupakan lembah yang mendadak berakhir/buntu, sungai-sungai yang mengalir pada lembah ini menghilang dan lenyap ke bawah tanah. Sungai-sungai yang menghilang ke bawah tanh (sinking creek) dimana seluruh aimya yang mula-mula mengakir di atas perrnukaan, kemudian menghilang ke dalam lubang-lubang atau retakan-retakan. Tempat menghilangnya air tersebut disebut “sink” yang terkadang tampak jelas, terkadang juga tidak karena sink tersebut terisi material, namun air sungai tetap menghilang dengan cara meresap secara berangsur-angsur. Air yang masuk ke dalam tanah tersebut menjadi sungai bawah tanah (underground river) yang dapat muncul kepermukaan menghilang kembali, muncul lagi dan demukian seterusnya sesuai dengan kondisi di daerah karst yang bersangkutan. Muncul tenggelamnya  sungai  bawah  tanah  tersebut  dapat  membentuk fenomena-fenomena yang menakjubkan untuk dilihat dan merupakan gabungan dari bentukan positif dan  bentukan negatif di daerah karst. Contoh fenomena-fenomena alam adalah  adanya jembatan alam, terowongan alam dan sebagalnya. Sebagai ilustrasi mengenai sungai bawah tanah dapat dilinat pada Gambar3-15.

B.     Bentuktahan positif
 Bentuklahan positif merupakan bentuklahan pada daerah karst berada di atas rata-rata permukaan setempat, seperti kygelkarst, turmkarst.

Kygelkars
Kygelkarst merupakan suatu bentuklahan karst tropik yang didirikan sejumlah bukit berbentuk kerucut yang kadang-kadang dipisahkan oleh Cockpit-cockpit ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya pada satu garis lurus mengikuti pola kekar atau diaklas yang ada di daerah karst.   Kygelkarst sering disebut sebagai kerucut karst atau butte. Lereng bukit-bukit berbentuk atau tendiri atas cliff dan endapan-endapan. Berikut ini disajikan secara visual mengenai Kyglekarst dalam Gambar 3-17.


Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah berpadanan dengan menara karst. Turmkarst terdiri atas perbukitan berlereng curuam atau vertikal yang menjulang tersendiri di atara dataran di daerah karst. Perbedaan antara Kygelkarst dengan turmkarst dapat dilihat dalam Gambar 3-17 berikut.                      



2.3 Siklus Morfologi Daerah karst
Beberapa ahli telah mengemukakan teori masing-masing mengenai siklus morfologi daerah  karst. CVIYIC dalam Sudarja dan Akub (1977: 89) menyatakan bahwa ada 4 tingkatan dalam siklus morfologi daerah karst, yaitu:
1)      Muda (Youth), pada tingkat ini pengaliran masih berlangsung di permukaan, terdapat lapies dan doline yang tersebar. Tidak ada goa-goayang besar, pengaliran di bawah tanah masih belum berkembang.
2)      Dewasa (Maturity), Pada tingkat ini pengaliran di bawah tanah telah mencapai maksimum. Pengaliran di permukaan hanya terbatas pada sinkkig creeks yang pendek-pendek. Goa-goa merupakan ciri yang khas pula. Jadi perkembangan karst pada tingkat ini telah maksimal.
3)      Akhir tingkat dewasa (late maturity), gejala karst muiai berkurang, karst window mulai terbentuk yang kemudia berkambang jadi uvala, disamping itu juga terdapat humus.                                                      
4)      Tua (old), Pada tingkat ini pengaliran mulai di permukaan mulai berulang kembali dan humus terbatas sekali jumlahnya.

Sedangkan menurut BEEDE dalam Sudardja & Akub   (1977:90) bahwa daerah karst terjadi siklus sebagai berikut:
1)      Muda, yaitu tingkat pe'ralihan dari pengaliran di permukaan ke pengaliran bawah tanah. Doline banyak terdapat.
2)      Dewasa, yaitu tingkat dimana sinkhole dan pengaliran bawah tanah mencapai tingkat maksimum. Hanya sungai-sungai besar yang mempunvai lembah yang dalam saja, mengalir di permukaan. Sinking creeks, swallow holes dan doline tersebar dalam jumlah yang sangat banyak.
3)      Tua, dengan ciri pengaliran kembali di permukaan dengan jendela karst terowongan alam, jembatan alam dan humus.




BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
            Setelah menelaah serta mengangkat pembahasan mengenai landform hingga topografi karst, dapat diambil sedikit garis besar yang merupakan fundamental penyusun teori praktis hingga penyebaran karst di muka bumi ini. Konsentrasi yang dapat diambil dari pembahasan mengenai karst ini, diantaranya adalah :

 - Dalam pengertian ilmu bumi, karst adalah suatu wilayah kering, yang tidak subur/gersang dan berbatu-batu.

1 komentar:

gaul maha geo 1G mengatakan...

MAKASIH ATAS BAMTUAN NYA!!!!!!
:)

Diberdayakan oleh Blogger.