BAB I
PENDAHULUAN
I.I
LATAR BELAKANG
Fluvial
merupakan aktivitas aliran sungai, terdapat empat macam sungai yaitu straight,
anastomosing, meandering dan braided. Sungai anastomosing dipisahkan oleh pulau
alluvial permanen, yang ditutupi tumbuhan yang lebat yang distabilisasi oleh
bank sungai. braiding (anyaman) juga naik dengan cepat, fluktuasi cepat pada
pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari pasokan sedimen kasar, dan mudah
tererosi.
1.2 PEMBATASAN MASALAH
1.1.2
Morfologi hasil proses fluvial
1.1.2 Dasar dan
syarat pembentukan morfologi hasil pengerjaan air tanah dan morfologi
karst
1.3 PERUMUSAN MASALAH
1.1.3
Apakah yang di maksud dengan Morfologi hasil proses Fluvial ?
1.2.3
Apakah yang di hasilkan proses fluvial ?
1.4
TUJUAN PENULISAN
Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang Morfologi
hasil proses fluvial,dasar dan syarat pembentukan morfologi hasil pengerjaan
air tanah dan morfologi karst,sebagai referensi untuk pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi hasil proses fluvial
Pada
bagian terdahulu telah diuraikan bahwa air mengalir membawa material, mengikis
,dan mengendapkan di suatu tempat dimana tenaga sebagai pengangkut tidak lagi
kuat. Material yang diendapkan tersebut baik bersifat sementara maupun untuk
waktu yang lebih lama. Pengendapan akan dapat terjadi jika :
·
Lembah sudah ada pada
tingkat keseimbangan dengan local base level atau common base level.
·
Terjadinya
penenggelaman/pemerosotan hingga lembah tersebut menjadi lembah tenggelam atau
lembah menjadi lebih landai.
·
Penangangkatan daerah
laut dan dasar laut naik, sehingga seolah-olah aliran air terbendung pada
daerah yang dekat dengan common base level yang menyebabkan terjadinya
pengendapan.
·
Perubahan penutupan
vegetasi.dalam hal ini jika di artikan daerah yang gundul/tandus erosi kuat dan
bahan yang diangkut banyak.jika daerah yang dilalui vegetasinya lebat, maka
erosi kecil dan muatan sedimen kecil, dan bahan yang diendapkanpun kecil.
·
Perubahan relief dari
curam kedataran atau ke daerah yang lebih landai, sehingga terjadi proses
pengendapan. Contohnya terbentuk endapan kipas fluvial.
·
Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa sedimentasi itu dapat
terjadi apabila:
a. Daya
angkut air yang mengalir berkurang sebagai akibat berkurangnya kecepatan
pengaliran atau terhenti sama sekal, kemiringan lembah yang semakin kecil serta
adanya rintangan-rintangan.
b. Bahan
yang diangkut berlebihan, sehingga daya angkut berkurang,morfologi hasil
pengendapan sungai kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan morfologi hasi
erosi.
Hal
ini disebabkan karena :
a. Bentuk lahan hasil erosi lebih jelas,baik
pada peta topografi maupun di lapangan.
b. Bentuk
lahan asal bentukan erosi dapat meliputi daerah yang lebih luas dibandingkan
dengan hasil pengendapan.
Bentuk
lahan bentukan asal proses fluvial ini berhubungan dengan daerah penimbaunan
atau sedimentasi, misalnya pada lembah sungai dan dataran alluvial dengan
tenaga geomorfologi yang utama adalah air. Ada beberapa hasil asa proses
fluvial seperti dikemukakan berikut ini.
1.Dataran
alluvial
2.Tanggul
alam
3.
Kipas alluvial
4.
Delta
5.
Ledok fluvial
6.
Sungai mati
7.
Dataran banjir
8.
Crevasse-Splaye
9.
Lakustrim
10.
Ras alluvial
11.
Rawa belakang
12.
Kipas fluvial
13.Poin
bars
Sungai yang mempengaruhi system fluvial adalah :
1. Straight yaitu Suatu channel dengan bentuk
straight didominasi oleh lempung dengan intensitas kelokan yang kecil,
terbentuk karana perpindahan arus pada pasir atau kelompok-kelompok bar, segmen
channel jarang terbentuk pada jarak yang panjang.
2.Anastomosing yaitu Sungai anastomosing dipisahkan pulau alluvial yang permanen dan ditutupi dengan tumbukan yang lebat yang distabilisasi oleh bank sungai. Braided (anyaman)juga naik dengan cepat, fluktuasi cepat pada pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari pasokan sedimen kasar dan mudah tererosi.
2.Anastomosing yaitu Sungai anastomosing dipisahkan pulau alluvial yang permanen dan ditutupi dengan tumbukan yang lebat yang distabilisasi oleh bank sungai. Braided (anyaman)juga naik dengan cepat, fluktuasi cepat pada pemberhentian sungai, kecepatan tinggi dari pasokan sedimen kasar dan mudah tererosi.
3.Meander yaitu Sistem ini didominasi oleh
material dengan butiran halus dan memperlihatkan distribusi butiran menghalus
ke atas. Struktur sedimen yang berkembang merefleksikan berkurangnya arus yang
bekerja, yaitu through cross bedding pada bagian bawah dan paralel laminasi
pada bagian channel.
Penampang
log elektrik merefleksikan arah umum menghalus ke atas yang terbagi ke dalam
tiga subfasies utama yang menghasilkan pengendapan pada tiga sublingkungan yang
berbeda
1.Subfasies Flood Plain yaitu Subfasies flood plain terdiri dari endapan batupasir yang sangat halus, batulanau dan batulempung yang diendapkan pada daerah overbank floodplain sungai. Struktur sedimen yang berkembang adalah laminasi ripple mark dan kadang-kadang terdapat horizon batupasir yang mengisi struktur shrinkage yang diasumsikan terdapat pada daerah subaerial.
2. Subfasies Channel yaitu Pada subfasies channel terjadi perpindahan lateral channel meander yang mengerosi bagian luar dari tepi sungai yang cekung, menggerus dasar sungai dan endapan sedimen pada point bar. Proses tersebut menghasilkan karakteristik sikuen pada ukuran butir dan struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang erosi diisi oleh material sedimen berbutir kasar, mud pellet dan sisa-sisa kayu. Endapan tersebut disebut sebagai lag deposit pada dasar channel dan ditindih oleh sikuen batupasir dengan distribusi butiran menghalus ke atas.
3 .Subfasies Abandoned Channel yaitu Pada subfasies abandoned channel terdapat endapan batupasir halus berbentuk tapal kuda dan biasanya disebut oxbow lake yang terbentuk ketika sungai meander memotong bagian lain dari permukaan di sekitar sungai tersebut. Endapan pada subfasies ini serupa dengan endapan pada subfasies floodplain, tetapi dapat dibedakan dari geometrinya yaitu endapan yang menindih abrasi channel lag konglomerat tidak terdapat selang dengan sikuen batupasir point bar.
1.Subfasies Flood Plain yaitu Subfasies flood plain terdiri dari endapan batupasir yang sangat halus, batulanau dan batulempung yang diendapkan pada daerah overbank floodplain sungai. Struktur sedimen yang berkembang adalah laminasi ripple mark dan kadang-kadang terdapat horizon batupasir yang mengisi struktur shrinkage yang diasumsikan terdapat pada daerah subaerial.
2. Subfasies Channel yaitu Pada subfasies channel terjadi perpindahan lateral channel meander yang mengerosi bagian luar dari tepi sungai yang cekung, menggerus dasar sungai dan endapan sedimen pada point bar. Proses tersebut menghasilkan karakteristik sikuen pada ukuran butir dan struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang erosi diisi oleh material sedimen berbutir kasar, mud pellet dan sisa-sisa kayu. Endapan tersebut disebut sebagai lag deposit pada dasar channel dan ditindih oleh sikuen batupasir dengan distribusi butiran menghalus ke atas.
3 .Subfasies Abandoned Channel yaitu Pada subfasies abandoned channel terdapat endapan batupasir halus berbentuk tapal kuda dan biasanya disebut oxbow lake yang terbentuk ketika sungai meander memotong bagian lain dari permukaan di sekitar sungai tersebut. Endapan pada subfasies ini serupa dengan endapan pada subfasies floodplain, tetapi dapat dibedakan dari geometrinya yaitu endapan yang menindih abrasi channel lag konglomerat tidak terdapat selang dengan sikuen batupasir point bar.
4. Braided yaitu
Braided dihasilkan oleh channel dengan intensitas kelokan yang kecil dan kaya
akan material pasir yang terbentuk oleh tingkat intensitas aliran air yang
kecil diantara bar-bar channel. Struktur sedimen yang terbentuk dan
merefleksikan pengendapan pada saat itu antara lain : tabular crossbedding,
punggungan bar yang lurus memanjang dan pada log menunjukkan bentuk blocky.
Pada daerah ini, pengerosian terjadi dengan
cepat dengan proses pengisian sedimen yang cepat dikarenakan sungai pada sistem
ini mempunyai kelebihan material sedimen. Siku
Dataran aluvial
Dataran aluvial mempunyai topohgarfi dafatar
sebagai hasil pengendapan alluvium di kiri kanan sungai.Endapan ini terjadi
sebagai akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen pada saat banjir.
Dengan
demikian struktur endapannya adalah berlapis horizontal pada elevasi yang
rendah.sungai mati ( oxbow, dan oxbow lake).terjadi sebagai akibat dari
ditinggalkannya alur sungai utama, sehingga aliran air sungai terhenti atau
berpidah ke alur sungai yang lain.
Pemotongan
alur sungai ini terjadi karena sungai tersebut telah mengalami kelengkungan (sinous), sungai yang telah mengalami
terbentuknya meander.ada tiga cara pemotongan sungai yanag menyebabkan sungai
tersebut ditinggalkan/mati yang membentuk dasar sungai mati (abandoned river), yaitu Chu cut off,nech cut
off, dan avulse.pada pemotongan sungai telah mengalami meandering tersebut akan
membentuk senacam tapal kuda (oxbow), manakala oxbow ini terisi air dinamakan
oxbow lake yang sering dikenal dengan danau tapal kuda.
Rawa belakang
Rawa
belakang (back swamp) merupakan salah satu dari bentuk lahan yang memiliki
elevasi sangat rendah sehingga bentuk lahan ini pada awalnya di cirikan oleh
adanya vegetasi air seperti eceng gondok, tanaman bunga terompet, tanggul alam
(natural levee).bentuk lahan rwa belakang terkadang bias agak jauh dari sungai,
tetapi sejajar dengan alur sungai yang masih aktif dan memiliki elevasi yang
rendah di antara system fluvial yang lainnya. Bentuk lahan seperti ini disebut
ledok alluvial.
Terjadinya
meander tersebut umumnya disertai dengan pelebaran lembah (valley widening).ada
dua proses yang domainan dalam alur
sungai yang mengalami meander tersebut sebagai akibat dari posisi tali arus
(thalweg) yang tidak terletak ditengah penampang melintang
lembah/sungai.lengkung bagian luar sungai disebut outer band yang mengalami
erosi di bagian bawah tebing tanggul disebut under cut.sedangkan lengkung dalam
disebut inner band yang sebaliknya mengalami deposisi pengendapan disebut point
bar.
Kipas
alluvial
Bentuk
lahan kipas alluvial mempunyai bentuk yang khas, yaitu seperti kerucut rendah
merupakan hasil akumulasi sedimen berukuran bongkah, kerakal, kerikit, dan
pasir yang terjadi pada suatu daerah dimana sungai mengalir yang mengalami
perubahan gradient yang mencolok atau dari mering hingga terjal ke datar atau hamper datar, bahan sedimen makin ke
hilirmakin halus.
Delta
Seperti halnya
kipas alluvial, delta juga merupakan bentuk lahan yang berkaitan erat dengan
kondisi daerah aliran sungai sebagai pemasokan sedimen. Perbedaannya adalah
bahwa delta terletak di muara sungai pada laut dangkal.ada beberapa syarat
untuk dapat berkembang tumbuhnya delta adalah sebagai berikut :
a.Daerah aliran sungai yang luas
b. Debit air sungai yang tinggi
c. Muatan sedimen dalam jumlah besar
d.Daerah humid
e. Dasar laut dangkal
f. Arus dan gelombang laut kecil
g. Topografi pantai landai
Sistem delta
Delta
merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi
sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar
daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan
pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997). Menurut Boggs (1987), delta
diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial
yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkandaerah di
belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses
sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh
pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya
suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada
sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang
menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap
material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan
pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat
dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga,
yaitu : delta plain, delta front dan prodelta.
Delta plain
Delta
plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel
yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan
terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan
membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen
berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara.Pada kondisi iklim yang
cenderung kering (semi-arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan
evaporit. Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material
sedimen yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan.
Gerusan-gerusan tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan
menggerussampai pada sedimen delta front. Sedimen pada channel tersebut disebut
sandy channel dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir
lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :
Pada
bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum
terdiri dari :
1.Endapan distributary channel
Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian iniberupa pasir halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.
1.Endapan distributary channel
Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian iniberupa pasir halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.
2. Lacustrine delta fill dan endapan
interdistributary flood plain
Endapan interdistributary channel
merupakan endapan yang terdapat diantara distributary channel. Lingkungan ini
mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses
akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area
terbentuk suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat
dominan. Struktur sedimennya adalah laminasi yang sejajar dan burrowing
structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang hadir sebagai
pengaruh gelombang .
3 Lower Delta Plain
Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.
Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.
4.
Delta Front
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.
Menurut Coleman (1969) dan Fisher (1969) dalam Galloway (1990), lingkungan pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu :
1.Subaqueous Levees
Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan active channel mouth bar. Fasies ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta masa lampau.
2. Channel
Channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke atas.
3 Distributary Mouth Bar
Pada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi dalam sistem pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses fluvial.
4 Distal Bar
Pada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya ersusun atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi, perlapisan silang siur tipe through
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.
Menurut Coleman (1969) dan Fisher (1969) dalam Galloway (1990), lingkungan pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu :
1.Subaqueous Levees
Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan active channel mouth bar. Fasies ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta masa lampau.
2. Channel
Channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke atas.
3 Distributary Mouth Bar
Pada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi dalam sistem pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses fluvial.
4 Distal Bar
Pada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya ersusun atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi, perlapisan silang siur tipe through
.5.
Prodelta
Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front. Litologi dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.
Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front. Litologi dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.
2.2 Dasar dan Syarat
Pembentukan Morfologi Daerah Karst
Batu gamping ( limestone ) mudah di
larutkan dalam air, berlangsung secara cepat dan kuat bila air lebih banyak mengandung
karbon dioksida atau CO2.air hujan yang mula-mula mengambil karbon dioksida di
udara,kemudian setelah mencapai permukaan tanah mendapat tambahan CO2 dari
material yang ada di permukaan tanah tersebut.
Ada beberapa syarat untuk dapat
berkembangnya topografi karst sebagai akibat dari proses pelarutan adalah
sebagai berikut :
a.Terdapatnya batuan yang mudah larut
( Batu gamping dan dolomite )
b. Batu gamping dengan kemurnian yang
tinggi
c. Mempunyai lapisan yang tebal
d.Banyak terdapat diaklas ( retakan )
e.
Ada pada daerah tropis basah
f .Vegetasi penutupnya lebah
Pada
kondisi demikian batu gamping dan dolomite mudah mengalami pelarutan
oleh air yang mengalir yang akhirnya membentuk topografi karst.kenampakan
topografi karst meruapak fenomena alam yang unik dan spesifik,baik yang ada
dipermukaan maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Seperti yang dikemukan
oleh jenings (1971) dalam Suprapto (1997 : 91) menyatakan bahwa derah karst
merupakan suatu kawasan yang mempunyai karakreristik relief dan drainase yang
khas,terutama disebabkan oleh larutan batuan ( batu gamping dan dolomite ) yang
tinggi oleh air.larutan batuan ( batu gamping dan dolomite ) yang tinggi oleh
air.
Seperti di atas telah dikemukakan
bahwa salah satu syarat yang menentukan terbentuknya daerah karst adalah
retakan-retakan (joint-joint). Oleh karena joint ini menjadi penentuan yang
cukup penting terbentuknya daerah karst,sebab dengan adanya kekar/joint ini air
dapat masuk ke dalam batuan gamping dan bergerak ke bawah. Air yang masuk
kedalam batu gamping/dolomite tersebut sambil melarutkan batuan tersebut dan
melalui proses pelarutan tersebut, retakan-retakan di perlebar hingga
kadang-kadang air yang mula-mula mengalir di atas pelarutan dapat berkerja
dengan intensif diperlukan curah hujan yang cukup hingga tinggi, serta
temperature yang tinggi pula.permukaan, kemudian men meresap dan menghilang
terutama sungai-sungai kecil.
Vegetasi yang rapat juga membantu
proses pelapukan solusional menyebabkan perkembangan karst, karena vegetasi
menyediakan bahan organik yang berbentuk humus dan bersama-sama dengan
respirasi akar tanaman dapat menimbulkan tingkat konsentrasi karbon dioksida di
dalam tanah sekitar 30%. Difusi karbondioksida ke dalam air melalui seluruh
tanah membantu meningkatkan intensitas pelarutan yang tinggi bentukan topografi
yang terutama di sebabkan oleh proses pelarutan oleh air terutama oleh kimiawi,
meskipun cara mekanisme juga terjadi. Kenampakan tersebut di sebut dengan
topografi karst.istilah karts diambil dari perkataan Yugoslavia : karst berarti
batuan.
Di pantai Andriatik sebelah timur
yang termasuk daerah yang terdiri dari batu gamping (limostone) dan dolomite,
terjadi pula pada derah dengan batuan lain yang mudah larut, seperti garam batu
dan lain-lain, tetapi terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit sekali
dipermukaan bumi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
Fluvial
merupakan aktivitas aliran sungai, terdapat empat macam sungai yaitu straight,
anastomosing, meandering dan braided.
Pada
bagian terdahulu telah diuraikan bahwa air mengalir membawa material, mengikis
,dan mengendapkan di suatu tempat dimana tenaga sebagai pengangkut tidak lagi
kuat. Material yang diendapkan tersebut baik bersifat sementara maupun untuk
waktu yang lebih lama. Bentuk lahan bentukan asal proses fluvial ini
berhubungan dengan daerah penimbaunan atau sedimentasi, misalnya pada lembah
sungai dan dataran alluvial dengan tenaga geomorfologi.
.Bahan
yang diangkut berlebihan, sehingga daya angkut berkurang,morfologi hasil
pengendapan sungai kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan morfologi hasi
erosi.Daya angkut air yang mengalir berkurang sebagai akibat berkurangnya
kecepatan pengaliran atau terhenti sama sekal, kemiringan lembah yang semakin
kecil serta adanya rintangan-rintangan.
3.2 Saran
Makalaan ini secara khusus membahas tentang Morfologi
hasil proses fluvial dan dasar dan syarat pembentukan morfologi daerah karts,
dimana isinya telah kami ringkas secara sistematis dan diketik menggunakan pola
bahasa yang sederhana.sehingga diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca dan dapat dijadikan inspirasi bagi pembaca untuk lebih
mengembangkan lagi.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa
menambah pengetahuan pembaca tentang yang kami tulis diatas.
DAFTAR PUSTAKA
sumber : Sugiyanto I gede.M.Si.Drs/ ilmu pendidikan univ lampung 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar