Sabtu, 14 Januari 2012

KEGIATAN ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH SERTA PENAMPANG LEMBAH


KEGIATAN ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH SERTA PENAMPANG LEMBAH





Dosen Pengasuh :

DISUSUN OLEH : Kelompok : 3

Alloring                                                  (2011 133 280)
Apriyanti Anggraini                              (2011 133 273)
Lilis Karlina                                          (2011 133 288)

Kelas : 1G
Mata Kuliah : Geomorfologi Umum



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Geomorfologi Umum” penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengenai isi maupun pemakaian bahasanya, sehingga kami memohon kritikan yang bersifat membangun untuk penulisan lebih lanjut. Mudah – mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta menambah pengetahuan bagi kita semua, dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia – Nya kepada kita semua.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempermudah mahasiswa dalam mengembangkan pembahasan tentang morfologi daerah lipatan, kubah, dan patahan. Dan diperlukan kerja keras mahasiswa untuk memahami dan membaca buku-buku tentang geomorfologi, agar mahasiswa memiliki pengetahuan yang luas tentang mata kuliah tersebut. Tanpa membaca buku – buku penunjang yang lain, maka bahan perkuliahan tersebut tidak akan berkembang. Di karenakan makalah ini hanya memuat salah satu pokok – pokok materi penting yang masih perlu dikembangkan dengan buku penunjang lainnya. .




Palembang,        Januari 2012


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi sebagian mengalami transpirasi dan ada yang mengalir sebagai aliran air permukaan (run off), serta  ada pula yang meresap kedalam tanah. Air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir menuju daerah yang lebih rendah. Air hujan yang tersimpan dalam tanah-tanah yang porius kemudian muncul kepermukaan dan ada yang meresap kemudian muncul sebagai mata air,pada umumnya menjadi sumber dari air sungai. Disamping itu, juga hasil dari es yang mencair didaerah lingtang menengah-tinggi ataupun pada daerah pegunungan tinggi didaerah tropis. Air yangbisa berasal dari air hujan mata air, dan pencairan es dan salju, terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir sebagai aliran permukaan menuju daerah-daerah yang lebih rendah yang dinamakan sungai.
Dalam membicarakan penampang dalam suatu lembah,yang di sajikan adalah penampang melintang dan penampang melintang.

1.2.         Rumusan Masalah
1.2.1.      Bagaimana kegiatan aliran air permukaan dan air tanah?
1.2.2.      Apa saja jenis-jenis penampang lembah?










BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kegiatan Aliran Air Permukaan dan Air Tanah
            Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi sebagian mengalami transpirasi dan ada yang mengalir sebagai aliran air permukaan (run off), serta  ada pula yang meresap kedalam tanah. Air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir menuju daerah yang lebih rendah. Air hujan yang tersimpan dalam tanah-tanah yang porius kemudian muncul kepermukaan dan ada yang meresap kemudian muncul sebagai mata air,pada umumnya menjadi sumber dari air sungai. Disamping itu, juga hasil dari es yang mencair didaerah lingtang menengah-tinggi ataupun pada daerah pegunungan tinggi didaerah tropis. Air yangbisa berasal dari air hujan mata air, dan pencairan es dan salju, terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir sebagai aliran permukaan menuju daerah-daerah yang lebih rendah yang dinamakan sungai.
            Jadi, sungai adalah merupakan massa air yang secara alami mengalir pada suatu lembah, sehingga aliran air yang terdapat pada saluran buatan seperti saluran irigasi tidak bisa dinamakan sungai. Pada intinya bahwa sungai tersebut mengalir pada lembah yang terbentuk secara alami. Lembah itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk permukaan  bumi yang negative, merupakan hasil pengikisan oleh air proses mengalir ataupun terjadi karena faktor  dan proses endogen seperti adanya patahann.
            Air sungai dapat bersumber dari air hujan, air tanah, dan hasil mencairnya es terkadang melakukan erosi, akibatnya aliran air tersebut membawa muatan sedimen serta membentuk bentuk n lahan (landform) baik berupa hasil pengikisan maupun hasil pengendapan. Morfologi hasil pengikisan ataupun pengendapan sungai pada dasarnya merupakan bentukan-bentukan yang terjadi berkaitan dengan  air mengalir. Bentuklahan-bentuklahan yang terjadi akibat dari proses ini khususnya pada daerah aliraan air/sungai.
            Pada permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti retakan-retakan/patahan-patahan (joint) yang ada di permukaan bumi. Sehingga pada awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran sungai, tetapi merupakan akumulasi air, kemudian terjadi proses lanjutannya seperti prose pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya. Proses tersebut berjalan terus, sehingga berkembang menjadi sebuah parit-parit kecil yang makin lama makin tertoreh/terkikis baik secara lateral maupun vertikal. Akhirnya terbentuk sungai-sungai kecil sebagai sistem sungai.
            Kegiatan-kegiatan aliran air sungai tergantung pada beberapa faktor (Lobeck, 1939: 158) adalah sebagai berikut :
a.       Curah hujan yang tinggi, hujan yang efektif (tinggi) tidak saja menyebabkan aliran yang kuat, tetapi juga bertambah banyaknya jumlah aliran sungai yang permanen. Sebagai contoh,  sungai-sungai dibagian timur Amerika Serikat lebih banyak jika dibandingkan dengan di bagian barat.
b.      Tanah-tanah ponus yang dalam dan banyaknya tumbuhan yang tumbuh cenderung menyerap air hujan dan mengurangi aliran permukaan (run-off) . Seperti pada daerah-daerah tinggi yang luas dipantai selatan Alabama dan Missisipi, walaupun curah hujan tinggi tetapi sungai tidak banyak jumlahnya.
c.       Daerah yang terdiri dari batu gamping serta aliran bawah permukaan (bawah tanah) tidak menyebabkan terdapatnya aliran permukaan. Misalnya didaerah Karst Dalmatia tidak mempunyai banyak sungai, walaupun curah hujannya paling lebat didaerah Eropa.
d.      Daerah arid dengan vegetasi yang kurang menentukan aliran sungai, baik volume, jumlah air , maupun keadan permanen aliran yang minimum.
e.       Tanah-tanah liat yang kedap air sungai glacial, menambah aliran air permukaan yang mengurangi jumlah aliran bawah tanah, sehingga mempercepat pengerjaan erosi.
Aliran air pada sebuah sungai pada umumnya mengalir tidak tetap, mengikuti muatan sedimen unsure-unsur lain yang larut didalam air. Oleh karena itu, sungai mempunyai ciri yang tersendiri  dan berbeda dengan massa air lain seperti danau, laut, dan sebagainya. Adapun ciri tersebut adalah sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh Sudarja dan Akub (1977: 38) antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengalirannya tidak tetap, kadang kala alirannya deras dan ada kalanya lambat, menghilang ke bawah permukaan dan sebagainya.
 b. Mengangkut material, dari mulai Lumpur yang halus, pasir, kerikil sampai pada material batuan yang lebih besar yang tergantung besar alirannya.
c. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang pada sisi kanan kirinya dibatasi oleh tebing yang bias curam berupa lembah-lembah dari lembah dangkal sampai pada lembah-lembah yang dalam.
            Sungai sebagai suatu system yang terdiri dari beberapa anak sungai yang tergabung ke dalam sungai induk pada suatu daerah aliran. Jadi daerah aliran suatu sungai yang sering disebut DAS merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta sedimen dan unsur hara lainnya. Melalui system sungai yang mempunyai outlet tunggal, system aliran pada DAS terbagi ke dalam daerah aliran hulu, daerah aliran tengah, daerah aliran hilir. Di masing-masing daerah aliran ini terjadi proses geomorfik yang berbeda. Misalnya di bagian daerah aliran hulu biasanya terjadi erosi vertical, bagian daerah tengah terjadi erosi vertical dan lateral kira-kira sama kuat, dan didaerah aliran hilir terjadi proses erosi lateral. Kegiatan aliran air sungai biasanya adalah mengambil (mengerosi/ mengikir), mengangkut, dan mengendapkan, sehingga suatu lembah sungai sangat tidak tetap dalam arti selalu mengalami perubahan-perubahan tersebut dapat tejadi pada panjang, lebar atau dalamnya lembah.
            Air sungai dalam perjalannanya dari hulu ke hilir melakukan kegiatan mengikis, mengambil bahan lepas, mengangkut dan mengendapkan.Suatu lembah penampangnya tidak tetap dan sifatnya dinamik(mengalami perubahan-perubahan).
 Perubahan ini di sebabkan karena :
  1. Erosi, erosi tersebut bias berupa erosi mudik(menyebabkan lembah panjang kea rah  ulu), erosi lateral (menyebabkan pelebaran lembah), dan erosi vertical (menyebabkan pendalaman lembah). Lembah dapat bertambah panjang akibat terjadi erosi lateral pada daerah-daerah aliran sungai pada stadium tua. Terbentuknya meander menyebabkab bertambah panjangnya lembah. Meander merupakan aliran merupakan aliran sungai yang berliku-liku sebagai akibat dari erosi lateral, sehingg dengn berliku-likunya aliran sungai lembah sungaipun bertambah panjang.
  2. Perubahan muka air laut dimana sungai tersebut bermuara. Penurunan muka air laut ini dapat disebabkan karena terjadi pengangkatan dasar laut atau penurunana dasar laut. Terjadinya penurunan dan pendangkalan dasar laut menyebabkan aliran sungai bertambah panjang kearah laut, muara bergeser kearah laut dan garis pantai bertambah lebar.
Berkaitan dengan adanya erosi yang terjadi pada suatu lembah, namun erosi secara vertikal pada suatu lembah tidak terjadi secara terus menerus, sebab pada stadium tertentu akan terhenti. Hal ini disebabkan karena sudah mencapai batas vertikal atau base level. Batas erosi ada dua jenis, yaitu:
  1. local base level atau batas erosi local berupa danau atau penghalang berupa batuan keras yang terdapat pada bagian aliran tengah atau bagian hulu.
  2.  General base level batas umum erosi, batas ini berupa permukana laut yang berlaku untuk umum untuk setiap aliran sungai. Erosi vertical mulai melembah bahkan terhenti bila mendekati batas erosi umum.

2.2.Penampang lembah
            Dalam membicarakan penampang dalam suatu lembah,yang di sajikan adalah penampang melintang dan penampang melintang. Untuk itu, akan di sajikan secara satu persatu.

2.2.1.Penampang Melintang
            Penampang melintang suatu lembanh aliran sungai ada yang berbentuk V dan ada pula uang berbentuk U. namun sebenarnya bentuk ini tidak lah tepat benar, karena setiaplembah jarang sekali memiliki menpunyai sisi lereng yang simetris. Hal ini tergantung pada material batunya seperti resisten tidaknya batuan, struktur pelapisan ( kedudukan lapisan yang hamper tegak. Berikut ini di kemukakan mengenai beberapa contoh penampang melintang suatu lembah dengan berbagai bentuk di sajikan dalam Gambar 3-2 dan Gambar 3-3.

                                   Timur
Keterangan      A= Undercut slope                             = arah kekuatan erosi dan
B= Slip of slope                                     tebing/dinding lembah lebih tejal
                        Gambar 3-2. Penampang Melintang pada lekuknan meander
            Pada sisi luar lekukan meander lebih curam di bandingkan  dengan pada lereng di bagian dalam. Hal ini di sebabkan karena air yang menglir pada lekukan meander tersebut, terutama paa sisi luar merupakan aliran dengan tekanan yang paling besar, sehingga terjadi pegikisan ke arah luar dan dinding terlihat lebih tegak. Bandingkan dengan sisi bagian dalam nampak lebih landai. Kelokan bagian luar di sebut dengan Undercut slope ( bagian dinding yang terkikis ), sedangkan sisi bagian dalam kelokan merupakan slip of slope (bagian sisi yang terendapi material), sehingga makin ke  arah pinggir makin  dangkal. Berdasarkan kekuatan mengerosi kea rah dinding kelikan, maka jelas lahan yang ada di bagian barat aliran makin lama makin terkkikis habis, sebaliknya  lahan di bagian timur aliran luasnya bisa bertambah kea rah barat. Untuk mengatasi pelebaran dan perubahan aliran, maka pada sisi bagian barat sebaliknya di buat pengaman misalnya di pasang batu bronjong (batu yang di taruh dlam kawat teranyam dan tersusun) untuk menahan kuat arus.
            Selanjutnya disajikan pula penampang melintang yang terdapat pada daerah dengan struktur berlapis miring. Adapun gambarnya seperti berikut :
                                   


                                                                                                Timur                                                  
                                                  
Gambar 3-3. Penampang melintang pada struktur berlpis miring
Dari gambar di atas dapat di jelaskan bahwa lereng yang lapisannya miring pada tepi lembah bagian barat tamapak  lebih curam di bandingkan dengan lereng pada sisi sebelah timur. Hal ini di sebabkan karena pengikisan terjadi pada  lapisan yang memng sudah miring dan lapisan tersebut kurang resisten dibandingkan dengan lapisan yang ada pada tebing disebelah barat.
Hal lain yang menyebabkan tidak semetrisnya penampang melintang pada suatu lembah adalah disebabkan adanya penyinaran yang tidak sama intensifnya. Faktor suhu menjadi pemicu untuk mempercepat pelapukan. Faktor geologis juga berpengaruh terhadap lereng yang memiliki penampang melintang yang tidak simetris.
Faktor aliran sungai juga mempengaruhi terhadap bentuk penampang melintang suatu lembah, karena aliran sungai tidak sama kecepatannya disemua tempat pada penampang melintang suatu lembah. Perbedaan kecepatan aliran dipengaruhi oleh :
a.       Kelurusan sungai,pada sungai yang lurus cenderung memiliki aliran yang lebih cepat.
b.      Relief dan kemiringan lereng menentukan kecepatan aliran, dimana setelah terjadi hujan air dialirkan secara keseluruhan tau terhenti pada sebuah ledok atau cekungan.
c.       Vegetasi, penutupan lahan berupa vegetasi dapat berfungsi menahan aliran permukaan, sehinnga jumlah air yang tertampung dan terakumulasi pada sebuah sungai menjadi lebih sedikit dan terakumulasi lebih lama, akhirnya air yang dialirkan juga lebih sedikit.
d.      Faktor geologis, menyangkut pada material  batuan apakah material batuan porius atau tidak berpengaruh terhadap jumlah air yang meresap kedalam tanah atau batuan.

2.2.2. Penampang  Memanjang Lembah
Penampang memanjang lembah pada dasarnya sama dengan penampang melintang. Hanya saja pada penampang memanjang menunujukan profil suatu lembah atau sungai dari hulu ke hilir dengan memperhatikan tempat-tempet yang mempunyai ketinggian yang sama. Oleh karena itu penampang memanjang merupakan grafik tentang ketinggian suatu tempat sepanjang alur lembah kesungai dari hulu kehilir.









BAB III
      PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Pada permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti retakan-retakan/patahan-patahan (joint) yang ada di permukaan bumi. Sehingga pada awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran sungai, tetapi merupakan akumulasi air, kemudian terjadi proses lanjutannya seperti proses pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya.
Dalam membicarakan penampang dalam suatu lembah,yang di sajikan adalah penampang melintang dan penampang melintang. Penampang melintang suatu lembah aliran sungai ada yang berbentuk V dan ada pula uang berbentuk U. namun sebenarnya bentuk ini tidak lah tepat benar, karena setiaplembah jarang sekali memiliki menpunyai sisi lereng yang simetris. Hal ini tergantung pada material batunya seperti resisten tidaknya batuan, struktur pelapisan ( kedudukan lapisan yang hamper tegak. Sedangkan penampang memanjang lembah pada dasarnya sama dengan penampang melintang. Hanya saja pada penampang memanjang menunujukan profil suatu lembah atau sungai dari hulu ke hilir dengan memperhatikan tempat-tempet yang mempunyai ketinggian yang sama.

3.2. Saran
            Makalah ini secara khusus membahas tentang kegiatan aliran air permukaan dan air tanah, serta penampang lembah. Dimna isinya telah kami ringkas secara sistematis dan diketik menggunakan pola bahasa yang sederhana. Sehingga diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan dapat dijadikan inspirasi bagi pembaca untuk lebih mengembangkan lagi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan pembaca.





Daftar Pustaka

Lobeck, AK (1939), Geomorphology, An Introduction to the study of Landscape, New  
              York and London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc.                                                       
Nagle dan Spencer, 1997, Edvanced Geography, New York: Oxford University Press.                                               
Sudarja Adiwikarta dan Akub Tisnasomantri, (1977), Geomorfologi jilid 1, Bandung
            Jurusan Pend. Geografi IKIP Bandung.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.