RELIEF
MUKA BUMI, PELAPUKAN BATUAN, EROSI DAN GERAK MASSA BATUAN
DOSEN
PENGASUH : Anita Rahmawati.Spd
DISUSUN
OLEH : Kelompok 2
1.
Binti
Amanatul wahidah (2011 133 282)
2.
Miko
Sobirin (2011 133 275)
3.
Tiur
Naomi Agustine (2011 133 299)
UNIVERSITAS
PGRI PALEMBANG
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
|
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillahlirabbilalamin
sebagai rasa terima kasih dan puji syukur kepada Allah S.W.T makalah ini
dapat terselesaikan.
Adapun salah satu tujuan dari disusunnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Penyusun makalah dan dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Anita Rahmawati S.pd.Selaku dosen pembimbing mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran yang dalam hal ini juga sebagai pemberi tugas.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini
banyak terdapat kesalahan, baik dari segi kosakata maupun dari segi pengertian.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar
dalam pembuatan makalah-makalah di masa mendatang dapat lebih baik lagi. Segala
saran dan masukan atas kekurangan makalah ini, penyusun makalah terima dengan
pikiran terbuka dan ucapan terima kasih.
Palembang,
Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B.
Permasalahan ................................................................................... 3
C.
Tujuan Penulisan Makalah ............................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4
A. Relief
Muka Bumi ................................................................... ....... 4
1.
Bentuk Muka Bumi .......................................................... ....... 4
2.
Relief Daratan ................................................................... ....... 4
B. Pelapukan
batuan ..................................................................... ....... 6
1.
Proses Pelapukan Batuan .................................................. ....... 7
2.
Jenis Jenis Batuan ............................................................. ....... 7
C. Erosi
......................................................................................... ....... 8
1.
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Erosi .................. ....... 9
2.
Jenis Jenis Erosi ................................................................ ..... 11
3.
Dampak Erosi ................................................................... ..... 12
4.
Cara Menanggulangi Erosi ................................................ ..... 14
D. Gerak
Massa Batuan ................................................................ ..... 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................... ..... 16
A. Kesimpulan
.............................................................................. ..... 1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah Pembentukan Bumi-bumi merupakan tempat
tinggal manusia hidup di alam dunia, tempat dimana semua makhluk hidup melakukan
makan, minum. Tapi sudah tahukah anda bagaimana proses pembentukan bumi itu
terjadi? Dalam sejarah pembentukan bumi, banyak terdapat teori yang
menggambarkan awal mula terbentuknya bumi, dari semuanya itu, teori pembentukan
bumi yang paling popular adalah teori big bang. Teori ini menyatakan proses
terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang silam. Untuk
selengkapnya tentang teori-teori pembentukan bumi, dan pada kesempatan ini
duniabaca.com akan memuat Proses Pembentukan Bumi sebagai penambah ilmu pengetahuan
kita.
Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja
pada bumi. Kekuatan itu disebut tenaga geologi. Tenaga geologi pada dasarnya
dibedakan atas dua macam, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga
endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen mempunyai
sifat membangun. Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar permukaan
bumi. Tenaga ini mempunyai sifat merusak permukaan bumi.
Geomorfologi adalah studi yang mendiskripsikan bentuklahan, prosesproses yang
bekerja padanya dan menyelidiki kaitan antara bentuklahan dan proses-proses
tersebut dalam tatanan keruangannya (Zuidam, 1979). Berdasarkan pada definisi
tersebut terlihat bahwa geomorfologi berupa bentuklahan, proses yang bekerja
padanya yang disebut dengan proses geomorfologi dan mengkaitkannya antara
bentuklahan dengan proses tersebut secara keruangan.
Bentuklahan dikemukakan oleh Way (1973 dalam Zuidam et. al. 1979) adalah kenampakan
medan yang terbentuk oleh proses-proses alam dan mempunyai komposisi serta
serangkaian karakteristik fisik dan visual dalam julat tertentu dimanapun
bentuklahan tersebut dijumpai. Proses geomorfologi dikemukakan oleh Thornbury (1954)
adalah semua perubahan fisikal dan kimia yang menyebabkan perubahan bentuk muka
bumi.
Semenjak Undang Undang No. 22 Tahun 1999, tentang pemerintah daerah yang berlaku efektif dari bulan
Januari 2000, maka UU No. 22 Tahun 1999 tersebut telah memberikan kewenangan
yang lebih besar pada daerah untuk mengantur, mengelola, mengarahkan serta
mengembangkan potensi daerah baik itu sumberdaya manusia (SDM) maupun potensi
sumberdaya alam (SDA) daerah.
Berdasarkan pada Undang Undang No. 22 Tahun 1999 merupakan dasar kepada
daerah untuk lebih dapat mengoptimalkan potensi daerah untuk dikembangkan dan
ditata menurut karakteristik medannya. Salah satu yang dapat dilakukan penataan
adalah tentang karakteristik medan yang sesuai untuk dikembangkan sebagai
kawasan permukiman yang nantinya pembangunan yang dilakukan sesuai dengan
medannya sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dengan lingkungan atau
ramah lingkungan.
Pemilihan lokasi permukiman yang tepat untuk permukiman mempunyai arti
penting dalam aspek keruangan, karena ini akan menentukan keawetan bangunan,
nilai ekonomis dan dampak permukiman terhadap lingkungan di sekitarnya (Sutikno,
1982). Perencanan pembangunan lahan dan tata ruang bagi suatu lokasi permukiman
perlu didasari dari berbagai bidang dengan pertimbangan persyaratan dasar fisik
seperti topografi, sumber daya alam, lokasi tanah, letak geografis, iklim dan
bencana alam. Selain itu dalam penentuan lokasi permukiman harus memperhatikan
segi teknis pelaksanaan, taga guna lahan, kesehatan dan kemudahan serta politis
(Prayogo, 1983 dalam Eko Budiharjo, 1984). Dalam penentuan lokasi permukiman
perlu adanya evaluasi medan guna mengetahui apakah persyaratan untuk lokasi
permukiman yang aman dan sehat bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Permukiman yang menempati suatu medan, di mana dalam suatu permukiman
terdapat menusia sebagai penghuni dan lingkungan sebagai ruang tempat untuk
beraktifitas. Oleh karena itu dalam merencanakan lokasi permukiman harus
diperhatikan karakteristik medan, karena antara lingkungan alam dan manusia
mempunyai hubungan timbal balik, artinya bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan aktivitas penduduk/manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan sebaliknya
lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh manusia.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman adalah adanya
faktor-faktor pembatas fisik berupa relief, geologi dan hidrologi. Permasalahan
relief yang dihadapi di Kecamatan Selogiri bagian selatan antara lain desa
Kepatihan, Jenuh, Keloran dan Kaliancar yang mempunyai relief berbukit. Dengan
kondisi yang demikian, permasalahan yang dihadapi berupa erosi permukaan yang
banyak terjadi pada waktu hujan. Hal ini dapat terlihat pada waktu musim
penghujan dengan warna air permukaan yang mengalir berwarna coklat dan disertai
dengan lumpur. Pada waktu kemarau permasalahan yang dihadapi berupa kekurangan
air. Pada bagian utara yaitu di desa Jaten,
Nambangan dan Sendang ijo yang berelief datar dengan jenis batuan
lempung, pasir, kerikil dan kerakal menghadapai permasalahan berupa pengatusan
yang jelek serta jenis tanah gromusol. Jenis tanah ini memiliki sifat yang
mudah merekah pada musim kemarau dan mudah menjadi lumpur pada musim penghujan sehingga
pada kenampakan yang ada di perumahan penduduk pada saat ini terdapat
retakan-retakan pada dinding rumah akibat adanya sifat tanah tidak stabil.
Berdasarkan permasalahan tersebut penyusun membuat makalah dengan judul:
“Relief Muka Bumi, Pelapukan Batuan, Erosi dan Gerak Massa Batuan”.
B.
Permasalahan
Dengan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah bentuk
muka bumi di daratan?
2.
Bagaimanakah
bentuk muka bumi di lautan?
3.
Bagaiamanakah
terbentuknya erosi di bumi?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
tentang bagaimana bentuk muka bumi di daratan
2.
Untuk mengetahui tentang bagimana bentuk
muka bumi di lautan
3.
Untuk mengetahui terbenyknya erosi di
bumi
BAB II
PEMBAHASAN
RELIEF
MUKA BUMI
Bentuk muka bumi yang
menjadi tempat tinggal manusia akan memberikan beberapa kemungkinan sebagai
penunjang kehidupan yang terdapat di suatu wilayah. Maka bumi memiliki bentuk
yang bermacam- macam dan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh adanya tenaga yang berasal dari
dalam bumi yang disebut tenaga endogen dan tenaga yang berasal dari luar bumi
yang disebut tenaga eksogen. Akibat adanya kedua tenaga itulah yang menyebabkan
permukaan bumi memiliki
bentuk yang tidak sama. Ada yang berupa gunung, pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, bukit, lembah, dan sebagainya. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi itu disebut relief.
bentuk yang tidak sama. Ada yang berupa gunung, pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, bukit, lembah, dan sebagainya. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi itu disebut relief.
BENTUK MUKA BUMI DI DARATAN
A. DATARAN
RENDAH
Dataran rendah
merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara
tempat yang satu dan tempat lainnya. Daerah ini mempunyai ketinggian mencapai
200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia banyak kita jumpai wilayah dataran rendah
yang terjadi dari hasil sedimentasi material (ke muara. Oleh karena itu, daerah
ini juga disebut dataran aluvial. Misalnya, dataran alluvial di Sumatera bagian
timur, Jawa bagian utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur serta Irian Jaya bagian barat dan utara. Di pulau-pulau lain juga
terdapat aluvial, tetapi ukurannya sempit. Daerah dataran aluvial memiliki
penduduk lebih padat jika dibandingkan dengan daerah pegunungan karena dataran
aluvial biasanya merupakan daerah subur.
B. DATARAN
TINGGI
Suatu daerah yang
mempunyai ketinggian lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan terbentuk dari lapisan-
lapisan batuan yang horizontal disebut dataran tinggi (Plato). Seperti halnya
daerah pegunungan, sukar untuk menentukan batasan berapa ketinggian suatu daerah
untuk dapat disebut Plato. Dataran tinggi biasanya lebih rendah dari pegunungan
yang mempunyai ketinggian sekitar 700 m. misalnya Dataran Tinggi Lembang,
Dataran Tinggi Bandung dan Dataran Tinggi Dieng.
C. PEGUNUNGAN
Jika gunung-gunung
terdapat dalam suatu kelompok, maka bentang alam itu disebut pegunungan,
misalnya Pegunungan Kapur Utara, Pegunungan Kendeng, Pegunungan Schwaner,
Pegunungan Kapuas Hulu di Kalimantan, Pegunungan Alpen di Australia, dan Pegunungan
Himalaya di India bagian utara yang berbatasan dengan RRC.
BENTUK MUKA BUMI DI LAUTAN
Permukaan dasar laut
semula dianggap dalam keadaan datar dan tidak mempunyai bentuk, tetapi beberapa ilmu pengetahuan
lainnya telah membuktikan bahwa topografi dasar laut memiliki bentuk yang
kompleks seperti daratan. Bentuk-bentuk muka bumi di dasar laut adalah sebagai
berikut :
Bentuk relief dasar lautan
utama
a)
Continental shelf (landas kontinen)
ialah relief dasar laut paling tepi yang mengalami penurunan landai mulai dari
pantai ke arah tengah lautan. Kemiringan ke arah laut umumnya kurang dari satu
derajat. Beberapa lembah sungai continental shelf merupakan bukti bahwa suatu
ketika continental shelf merupakan massa daratan yang kemudian tenggelam dan
mempunyai kedalaman antara 0-200 m.
b)
Continental slope (lereng benua) ialah
relief dasar laut yang letaknya berbatasan dengan continental shelf, ke arah
laut lerengnya menjadi curam membentuk continental shelf. Sudut kemiringan
biasanya tidak lebih dari lima derajat dan zona ini mencapai kedalaman antara
200-2.000 m.
c)
Deep sea plain ialah relief dasar laut
yang letaknya berbatasan dengan continental slope. Relief di zona ini bentuknya
bervariasi, mulai dari yang rata sampai yang berpegunungan atau berbentuk
plato. Kadang-kadang juga terdapat puncak vulkanik yang muncul di atas
permukaan laut. Daerah meliputi dua pertiga dari seluruh dasar laut dan terletak
pada kedalaman antara 2.000-3.000 m.
d)
The deeps ialah relief dasar laut yang
paling dalam dan dikarakterisasikan dengan adanya palung yang mencapai
kedalaman lebih dari 6.000 m.
TENAGA YANG MEMPENGARUHI BENTUKAN BUMI
Bentuk muka bumi di daratan dan di lautan dari waktu ke waktu
selalu berubah. perubahan itu disebabkan tenaga yang berasal dari dalam bumi
maupun tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga
yang berasal dari dalam bumi disebut tenaga endogen sedangkan tenaga yang
berasal dari luar bumi disebut tenaga eksogen.
a.
Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga ini pada umumnya memberikan berbagai bentuk relief kulit bumi dan
bersifat membangun. Tenaga atau kekuatan yang berasal dari dalam bumi
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a) Orogenesis
b) Epirogenesis
c) Tektogenesis
d) Vulkanisme
b.
Tenaga
eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi.
Tenaga eksogen bersifat merusak dan mengikis kulit bumi, terutama pada bagian-bagian yang tinggi, tetapi
sebaliknya tenaga eksogen mengisi bagian-bagian yang rendah. Faktor yang berperan sebagai tenaga eksogen
adalah air, angin, organisme, sinar matahari, dan es. Tenaga eksogen bisa
menyebabkan terjadinya pelapukan (weathering), erosi, denudasi, tanah longsor,
dan tanah menjalar (soil creep). dalam peristiwa pembentukan gunung
(orogenesis), selalu diikuti adanya pengikisan permukaan bumi yang disebut
glyptogenesis. Dengan adanya pengikisan ini mengakibatkan terjadinya
sedimentasi yang disebut litogenesis. jadi, ketiga peristiwa tersebut selalu
terjadi berturut-turut dan berulang-ulang, hingga susuan kulit bumi (litosfer)
selalu berubah-ubah. Peristiwa orogenesis, glyptogenesis, dan litogenesis
disebut siklus geologi.
BERBAGAI
BENTUKAN YANG BERKAITAN DENGAN VULKANISME
Vulkanisme ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan
pembentukan gunung api, yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer)
menyusup ke lapisan lebih atas atau keluar permukaan bumi. Di permukaan bumi
ini banyak berbagai bentukan yang berkaitan dengan vulkanisme, diantaranya
gerak tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan
bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan menjadi gerak epirogenetik dan gerak
orogenetik.
a. Gerak
epirogenetik
Gerak epirogenetik
adalah gerak atas pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lambat,
berlangsung dalam waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas.
b. Gerak
orogenetik
Gerak orogenetik
yaitu gerakan atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lebih cepat
daripada gerakan epirogenetik serta meliputi daerah yang sempit. Contoh
pegungungan lipatan muda Sirkum Pasifik dan Mediterania yang terjadi pada zaman
tersier, pegunungan patahan Afrika Timur.
c. Gejala
diatropisme dan vulkanisme
1) Gejala
diatropisme
2) Vulkanisme
3) Gunung
api
EROSI
PENGERTIAN
EROSI
Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu
tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka
muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut bisa berupa angin, air maupun gletser atau
es yang mencair. Erosi bisa terjadi di darat maupun di Pantai.
Macam dan contoh erosi
Berpindahnya butir-butir pasir di daerah
pantai yang dibawa angin kemudian membentuk gundukan atau bukit-bukit pasir di
tempat lain merupakan contoh terjadinya erosi di darat yang digerakkan oleh
tenaga angin. Bibir pantai yang mengalami kerusakan akibat secara terus menerus
diterpa ombak, merupakan contoh terjadinya erosi di daerah pantai yang
digerakkan oleh tenaga air laut.
Rusaknya lapisan tanah
di daerah gundul karena diterpa oleh hujan deras, merupakan contoh terjadinya
erosi di daratan yang digerakkan oleh tenaga air hujan. Kalau erosi ini kita
biarkan secara terus- menerus, maka akan terjadi kerusakan alam.
CARA MENANGGULANGI
EROSI
Seperti pada bagian sebelumnya, bahwa erosi tidak dapat
begitu saja dihilangkan namun dapat dikurangi dengan daya manusia. Walaupun
sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh dalam mempercepat laju erosi adalah
manusia, namun tidak berarti bahwa manusia tidak bias berbuat apa-apa dalam
mengurangi terjadinya erosi. Setiap orang pasti akan mampu berupaya seperti
itu, tinggal kesadaran masing-masing yang harus ada mengenai permasalahan
tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan oleh manusia ialah:
Pertama, sebagai manusia harus
sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan timbul dan menyerang kita
sendiri.
Kedua, janganlah merusak
ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat berpengaruh dalam
terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera diganti
dengan pohon baru.
Ketiga, lakukan segera
pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat sengkedan-sengkedan
ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu besar.
Keempat, Hijaukan kembali (reboisasi)
dan lakukan konservasi hutan-hutan yang telah gundul akibat keserakahan kita
sebagai manusia.
Rhett A Butler
mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan kayu keras dan vegetasi hujan
membantu menahan tanah. Saat pohon kita tebangi maka tak akan ada lagi penahan
apapun yang dapat melindungi tanah dan material tanahpun akan cepat
terbawa/hanyut oleh air hujan. Oleh sebab itu alangkah baiknya mulai dari
sekarang kita pikirkan secara matang akan dampak dari erosi yang yang telah
menimpa kita saat ini dan jangan sampai lagi terulang dimasa yang akan datang.
Dengan kesadaran tinggi akan hal tersebut kita harus segera berupaya untuk
melakukan kegiatan yang dapat mengurangi terjadinya erosi tanah.
PELAPUKAN
Pelapukan atau
weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh
cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah
penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil
bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan, yakni:
·
Iklim.
Terutama temperatur dan curah hujan
·
Vegetasi
sebagai penutup dari sinar matahari secara langsung, sehingga akan memperlambat
pelapukan mekanis. Vegetasi sebagai pemasok asam organik dan karbondioksida (
CO2) kedalam tanah sehingga akan mempercepat pelapukan kimia.
·
Topografi.
Berkaitan arah kemiringan tempat yang menghadap sinar matahari secara langsung
akan mempercepat pelapukan.
·
Jenis
batuan.
Pelapukan dibagi
menjadi 3 (tiga), yakni: pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan
organik. Pelapukan mekanis merupakan penghancuran batuan secara fisik tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh
akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu
yang sangat besar antara siang dan malam. Pelapukan kimiawi merupakan pelapukan
yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas
asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang
menyebabkan batuan cepat pecah. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas
pelapukan kimiawi yakni sama seperti faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan
pada umumnya. Jenis-jenis pelapukan kimiawi yakni: proses oksidasi dan proses
hidrolisis.
Pelapukan oraganik
dihasilkan oleh aktifitas makhluk hidup, seperti pelapukan oleh akar tanaman
(lumut dan paku-pakuan) dan aktivitas hewan (cacing tanah dan serangga).
PROSES
PELAPUKAN BATUAN
Rombakan batuan oleh
proses pelapukan merupakan bagian terpenting dari siklus pembentukan sedimen
dan batuan sedimen. Proses pelapukan dapat berupa proses fisika, kimia dan
biologi. Ke tiga macam proses pelapukan tersebut sangat sulit dibedakan di
lapangan, karena ketiganya kadang terjadi bersama-sama pada suatu batuan.
Meskipun demikian proses kimia merupakan proses yang terpenting. Pembentukan
soil merupakan hasil dari proses pelapukan kimia dan biologi atau sering
disebut proses pelapukan biokimia. Hasil dari proses pelapukan merupakan sumber
utama material pembentuk batuan sedimen. Proses Pelapukan Batuan
Proses
Pelapukan Fisika
Proses pelapukan fisika
merupakan proses perubahan batuan menjadi fragmen batuan yang berukuran lebih
kecil, tanpa merubah komposisi kimia atau mineralnya. Proses pelapukan fisika
biasanya terjadi bersama-sama dengan pelapukan kimia, kecuali pada daerah
beriklim dingin dan sangat kering.Yang termasuk proses pelapukan fisika antara
lain frost wedging, pengembangan dan penyusutan, dan pelepasan beban
pada batuan.
Frost Wedging,
disebabkan oleh pembekuan air di dalam rekahan batuan. Proses ini merupakan
proses pelapukan fisika yang terpenting pada daerah yang iklimnya memungkinkan
adanya proses pencairan dan pembekuan batuan yang berulang-ulang. Volume air
akan meningkat sekitar 9% apabila mengalami pembekuan. Peningkatan volume ini
memungkinkan untuk menjadikan rekahan batuan menjadi lebih besar.
Pengembangan dan
penyusutan, Proses ini sering terjadi pada daerah yang perbedaan temperatur
antara siang dan malam relatif besar. Pada siang hari, karena panas, batuan
akan mengembang, sedang pada malam hari temperatur turun dan batuan mengalami
penyusutan. Proses pengembangan dan penyusutan yang terjadi berulang kali
menyebabkan batuan akan pecah.
Pelepasan beban. Proses
ini terjadi karena adanya pengikisan lapisan penutup batuan (overburden).
Pelepasan beban ini menyebabkan terjadi rekahan pada batuan yang sejajar dengan
topografi. Proses ini akan membentuk rekahan batuan seperti perlapisan,
sehingga sering disebut sheeting. Proses ini sering terjadi pada batuan
yang homogen seperti granit.
PROSES PELAPUKAN KIMIA
Proses pelapukan kimia
adalah proses pelapukan yang dapat merubah komposisi kimia dan mineral dari
batuan. Mineral penyusun batuan akan mengalami perubahan karena persentuhannya
dengan air, oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam atmosfer. Beberapa
unsur penyusun mineral akan bereaksi dan berubah menjadi larutan. Larutan
tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk mineral sekunder.
Hidrolisis, merupakan
reaksi kimia yang penting antara mineral silikat dengan air yang
menyebabkan terlepasnya kation logam dan silikat. Mineral yang mengandung
aluminium akan menghasilkan mineral lempung selain ion logam dan silikat. Mineral
ortoklas akan menghasilkan kaolinit, sedang albit akan menghasilkan mineral
kaolinit atau montmorilonit.
Hidrasi, adalah proses
penambahan molekul air pada mineral untuk membentuk mineral baru. Contohnya
adalah penambahan molekul air pada hematit yang membentuk gutit, atau pada
anhidrit yang membentuk gipsum.
Oksidasi, terutama
terjadi pada mineral silikat yang mengandung bes seperti biotit dan piroksin.
Proses ini akan membentuk mineral oksida besi.
Pelarutan, Proses ini
terutama terjadi pada mineral yang mudah larut oleh air yang mengandung CO2
seperti kalsit, dolomit, dan gipsum.
Pertukaran ion, Proses
pelapukan ini sangat penting pada perubahan jenis mineral lempung menjadi jenis
yang berbeda. Proses ini merupakan pertukaran antara ion-ion di dalam mineral.
Contohnya adalah pertukaran antara ion Na dan Ca yang terdapat dalam mineral.
Chelation, merupakan
pengabungan ion logam dengan molekul organik yang mempunyai struktur cincin.
Kecepatan Proses
Pelapukan Kimia. Kecepatan pelapukan kimia sangat tergantung pada iklim dan
komposisi mineral dan ukuran butir batuan. Proses pelapukan lebih cepat terjadi
pada daerah yang beriklim panas dan basah daripada daerah yang beriklim dingin
dan kering. Macam soil yang terbentuk akibat proses pelapukan kimia juga
tergantung pada letaknya terhadap katulistiwa (Gambar 2.3)
HASIL PROSES PELAPUKAN
Fragmen batuan. Soil
yang immature, hasil pelapukan batuan beku, mengandung fragmen
batuan, dan mineral yang tidak stabil seperti biotit, piroksin, hornblende, dan
Ca-plagioklas. Sedang soil yang dewasa (mature), akan mengandung
mineral-mineral yang sangat stabil seperti kuarsa, muskovit dan kemungkinan
ortoklas (Tabel 2.3). Stabilitas mineral terhadap proses pelapukan kimia
merupakan kebalikan dari Bowen’s Reaction Series.
Mineral sekunder.
Mineral sekunder yang terbentuk oleh proses pelapukan adalah mineral
lempung, oksida atau hidroksida besi, dan aluminium hidroksida. Mineral lempung
yang terbentuk pada proses pelapukan kimia tingkat sedang adalah ilit dan
smektit. Sedang pada pelapukan kimia yang intensif akan terbentuk aluminium
hidroksida seperti gibsit. Mineral ini sering sebagai mineral bijih aluminium (aluminium
ores). Mineral sekunder yang mengandung besi pada umumnya adalah mineral
gutit, hematit, dan limonit.
Gerakan massa
batuan (mass wasting atau mass movement)
Gerakan massa
batuan juga disebut dengan perpindahan tanah atau batuan yang ada dilereng oleh
pengaruh gaya berat (gravitasi) atau kejenuhan air. Mass wasting biasa terjadi
pada lereng yang labil, yaitu lereng yang gaya menarik (shear strees)nya >
gaya menahan (shear strenght). Untuk lereng yang stabil, shear strenght >
shear strees sehingga tidak terjadi gerakan massa batuan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mass wasting (gerakan massa batuan, yakni:
·
Kemiringan
lereng, dimana semakin besar kemiringannya maka peluang terjadi gerakan massa
batuan akan semakin besar dikarenakan gaya berat semakin besar pula.
·
Relief
lokal, terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar misalnya kubah,
perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadi mass wasting.
·
Ketebalan
hancuran batuan diatas batuan dasar, makin tebal maka peluang untuk terjadinya
mass wasting dikarenakan permukaan yang labil makin besar pula.
·
Iklim.
·
Gempa
bumi.
·
Vegetasi.
·
Dan
tambahan material di bagian atas lereng.
Berikut ini akan
dijelaskan lebih rinci mengenai klasifikasi mass wasting adalah sebagi berikut:
·
Gerakan
lambat (slow flowage).
o
Rayapan
tanah (soil creep) yaitu gerakan massa tanah atau batuan secara lambat
o
Talus
creep adalah rayapan puing-puing hasil pelapukan yang tertimbun di suatu
lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang tertimbun di suatu lereng.
Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang dibantu oleh air sebagai pendorong.
o
Rock
creep yaitu gerakan massa batuan secara lambat menuruni lereng disebabkan
karena gravitasi.
·
Gerakan
cepat (rapid flowage). Gerakan ini
dikontrol oleh kejenuhan air pada massa batuan.
o
Earth
flow adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni lereng .
o
Mud
flow yakni aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui
lembah-lembah (saluran), terjadi di daerah beriklim kering.
·
Gerakan
sangat cepat (very rapid flowage).
Gerakan ini dipengaruhi oleh gravitasi.
Cara untuk
mencegah gerakan mass wasting adalah sebagai berikut:
·
Menanami
lereng dengan vegetasi
·
Membuat
teras-teras pada lereng
·
Bangunan
di dekat lereng dibuatkan beton penahan
·
Dan
usaha-usaha yang lain
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Relief muka bumia adalah bentuk muka bumi yang terbagi atas 2
bagian yaitu bentuk muka bumi daratan dan bentuk muka bumi lautan. Bentuk muka
bumi daratan terdiri dari pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, gurun,
perbukitan dan lain-lain. Bentuk muka bumi lautan terdiri dari pantai, laut,
palung, semenanjung, selat dan lain-lain.
Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu
tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka
muka bumi. Rusaknya lapisan tanah di daerah gundul karena diterpa oleh hujan
deras, merupakan contoh terjadinya erosi di daratan yang digerakkan oleh tenaga
air hujan. Kalau erosi ini kita biarkan secara terus- menerus, maka akan
terjadi kerusakan alam.
Pelapukan atau
weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh
cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Proses pelapukan
fisika merupakan proses perubahan batuan menjadi fragmen batuan yang berukuran
lebih kecil, tanpa merubah komposisi kimia atau mineralnya. Proses pelapukan
kimia adalah proses pelapukan yang dapat merubah komposisi kimia dan mineral
dari batuan. Mineral penyusun batuan akan mengalami perubahan karena
persentuhannya dengan air, oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam
atmosfer. Beberapa unsur penyusun mineral akan bereaksi dan berubah menjadi
larutan. Larutan tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk mineral
sekunder.
Gerakan massa
batuan juga disebut dengan perpindahan tanah atau batuan yang ada dilereng oleh
pengaruh gaya berat (gravitasi) atau kejenuhan air. Mass wasting biasa terjadi
pada lereng yang labil, yaitu lereng yang gaya menarik (shear strees)nya >
gaya menahan (shear strenght). Untuk lereng yang stabil, shear strenght >
shear strees sehingga tidak terjadi gerakan massa batuan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mass wasting (gerakan massa batuan
DAFTAR PUSTAKA
Diwikarta, S dan Akub Tisnasomantri.
(1997). Geomorfologi Umum Jilid I dan II.
Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi Universitas.
http://etd.eprints.ums.ac.id/6511/1/E100050111.pdf
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar